![]() |
Narasumber dalam Seminar Membangun Kemandirian Bangsa Melalui Pembangunan Sektor Industri” Di UAJY |
Dalam kondisi dan situasi semacam ini maka mustahil bagi Indonesia, sebagai negara dengan tingkat populasi 250 juta jiwa dan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,5% per tahun, untuk melaju menjadi negara maju” demikian antara lain pokok-pokok pikiran yang diungkapkan oleh Buntoro (Chairman dan Founder PT Mega Andalan Kalasan) dalam seminar dan diskusi bertajuk “Membangun Kemandirian Bangsa Melalui Pembangunan Sektor Industri.”
Seminar dan diskusi yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis ke-51 Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) ini berlangsung di Kampus III, Gedung Bonaventura, Jl. Babarsari 43 Yogyakarta ,Kamis (22 /9/2016).
Tak kurang dari 250 peserta, yang terdiri atas mahasiswa dan dosen maupun praktisi memadati acara ini. Kecuali Buntoro, pembicara lain dalam seminar dan diskusi ini adalah Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Piter Abdullah.
Sebagai pembicara kedua, Piter Abdullah mengungkapkan bahwa penyebab industrialisasi Indonesia kalah bersaing dengan negara maju meliputi beberapa sebab, yakni berkurangnya daya saing upah sehingga meingkatkan persaingan investasi padat karya dengan negara peers. Di sisi lain, daya saing non-upah mengalami penurunan sehingga menjadi hambatan tambahan dalam menarik investasi.
Selanjutnya Piter menegaskan, “Ketidakseimbangan struktur industri domestik saat ini tercermin pada profil industri yang kuat pada sektor SDA dan low-tech labor intensive. Padahal, industri masa depan berdaya saing dinamis yang dibutuhkan Indonesia adalah kelompok Med-High Tech Manufacturing yang saat ini masih tidak kompetitif.”
Rektor UAJY, Dr. Gregorius Sri Nurhartanto, SH. LL.M. secara resmi membuka acara ini. Dalam pidato sambutannya, Rektor UAJY menegaskan bahwa konsep kemandirian industri, harus mulai bergeser dari sekadar pembahasan swasembada, impor atau tidak impor dan lain-lain yang sejenis. Saat ini dunia mulai memikirkan konsep Global Value Chain (GVC) untuk mendukung industrinya, di mana semaksimal mungkin diupayakan bahan baku dari dalam negeri, tetapi tidak diharamkan impor.
Rektor menambahkan, “Kolaborasi dengan akademisi sangat penting dalam menjawab tantangan inovasi berbasis teknologi tepat guna dan sasaran. Inovasi berbasis kebutuhan sehingga hasil inovasi tidak mubazir. Tak kalah pentingnya, peran konsumen dalam mendukung konsep industri tidak sekedar mencari barang murah tetapi kurang bernilai dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Peran konsumen menjadi kekuatan dalam mendorong industri dalam negeri berkembang. Yang pasti adalah bahwa membangun induistri tidaklah semudah dan sesederhana membangun pabrik," pungkasnya.
Penulis : Eko Purwono